Sunday, October 27, 2013

PSH SubRayon Sawo Kecik

Persaudaraan Setia Hati Subrayon sawo kecik berada pada Ranting Brondong cabang Lamongan-Jatim.
dimana sawo kecik merupakan perkampungan cukup padat penduduknya terutama pada kalangan pemuda-pemudi,
adanya Persaudaraan Setia Hati di Sawo kecik berkat persebaran dari latihan PSH di kawasan Ranting brondong, latihan pertama di sawo kecik di adakan pada tahun 2003/2004, yang sampai sa'at ini tetap Exis dengan latihan-latihan Persaudaraan Setia Hati baik latihan untuk Pemula/Siswa maupun latihan Pencak Setia Hati pada kadang/Pelatih, dengan perkembangannya di sawo kecik tidak hanya menerima pemula/siswa dari dalam lingkup kampung sawo kecik saja melainkan banyak dari desa-desa lain baik dari Tegal sari, Blimbing, dsb. sudah puluhan atau Ratusan kadang PSH sawo kecik yg sampai sekarang ini kebanyakan masih aktif dalam kegiatan PSH yang di komandoi mas KASURIP ketua RT sekaligus Ketua PSH subrayon Sawo kecik,  Para kadang PSH Subrayon sawo kecik pun berikrar akan tetap selalu Setia dan terus mengembangkan ajaran Berbudi pekerti dari Persaudaraan Setia Hati yang berdiri sejak tahun 1932. dengan perkembangan PSH di Subrayon sawo kecik juga ikut andil besar dalam Ranting yakni Ranting Brondong.

Ketua Subrayon & kandidat calon kadang PSH

Latihan Fisik pada Pemula/Siswa
 

 



Acara Silaturahmi antar kadang PSH di Subrayon Sawo Kecik



 



Saturday, October 26, 2013

NGALAH-NGALIH-NGAMUK

Prinsip Sebagai kadang Persaudaraan Setia Hati,,,, NGALAH-NGALIH-NGAMUK

Pertama, NGALAH punya pengertian yang mengadung makna yang sangat besar yaitu dari pada bentrok lebih baik diam. Dan kalau dijadikan kata sifat, ngalah ini memang luar biasa! Jangan lupa, ngalah itu bukan kalah, tapi mengalah, alias lebih mengendepankan rasa rendah hati dan kebaikan budi bagi orang yang mempergunakannya. Orang yang ngalah sekali lagi bukan kalah, tapi berusaha untuk diam dan tak ingin ribut-ribut, bukan karena takut, tapi lebih jauh berpikir kedepan, buat apa ribut? Untuk apa ribut-ribut? Apa lagi kalau yang diributkan hanya masalah “sepele”, masalah”kecil”, masalah yang “tak ada artinya”.

Kedua, NGALIH, ini juga punya pengertian yang unik, yaitu dari pada ribut atau ramai lebih baik minggir. Dan ini juga bukan pengertian penakut atau pengecut, tapi lebih disadarkan kepada tak ingin ramai atau dibuat keributan. Nah orang yang ngalih, biasanya memang pendiam, tak banyak bicara yang tak perlu, lalu kapan orang yang ngalih bicara? Dia bicara saat ingin diam, dan dia akan diam saat ingin bicara! Anehkan? Seperti terbalik-balik.

Tapi memang begitulah orang yang ngalih, tak banyak bicara, bicara seperlunya, memang kesannya seperti sombong, namun hal itu dilakukan untuk menghindari keributan yang tak perlu. Orang yang banyak ngalih, bukan takut, bukan pengecut, tapi lebih mengedepankan persaudaraan, pertemanan, persahabatan dan seterusnya. Bisa saja orang yang ngalih, hatinya disakiti atau perasaannya dilukai, tapi karena tak ingin menimbulkan keributan, dia lebih baik diam, apa lagi kalau yang diributkan bukan masalah yang prinsifil, bukan masalah akidah atau tauhid.

Ketiga, ngamuk,nah kalau yang ketiga ini, akan terjadi bila yang pertama dan yang kedua, yaitu ngalah dan ngalih sudah tak bisa ditahan lagi. Ibarat bendungan sudah tak mampu menahan volume air yang begitu banyak dan akhirnya bandunganpun jebol! Kalau sebuah bendungan jebol, maka akibatnya sudah bisa dibayangkan, air tadi akan menjadi “raksasa” yang menghantam atau menghajar apa saja yang dilaluinya, air ini akan menghantam apapun yang dilewati dan tentu saja merusak segalanya yang dilewati.

Thursday, October 24, 2013

Sejarah 10 Perguruan Historis IPSI


Pasca penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Republik Indonesia (dulu masih bernama RIS-Republik Indonesia Serikat) tanggal 27 Desember 1949, pusat Pemerintahan Republik Indonesia berpindah tempat dari Yogykarta kembali ke Jakarta. Sebelumnya, selama empat tahun Yogyakarta pernah menjadi ibukota Republik Indonesia, yaitu resminya sejak 4 Januari 1946 sampai 27 Desember 1949. Perpindahan pusat pemerintahan tersebut diikuti dengan perpindahan kantor kementerian, dan kantor-kantor atau instansi milik pemerintah.
Demikan pula pada tahun 1950 Pengurus Besar IPSI secara de facto juga berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta, sekalipun tidak semua anggota pengurus-pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia dapat ikut pindah ke Jakarta. Waktu itu IPSI baru 2 tahun berdiri, yaitu sejak didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, oleh Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia, yang menetapkan Mr. Wongsonegoro sebagai Ketua PB.IPSI. Saat IPSI berdiri, Republik Indonesia sedang dalam masa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan memantapkan kedaulatan Republik Indonesia, yang harus ditempuh melalui perjuangan baik secara fisik maupun diplomasi. Kondisi ini juga mengakibatkan IPSI yang masih berusia muda harus mengkonsentrasikan pengabdiannya kepada perjuangan kemerdekaan, sehingga kondisi manajerial dan operasional IPSI kala itu mau tidak mau mengalami penyusutan.

Di sisi lain, Pemerintah Pusat RI kala juga sedang menghadapi pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) di beberapa daerah, termasuk di Jawa dan Lampung. Untuk menambah kekuatan dalam melawan DI/TII tersebut, Panglima Teritorium III waktu itu, Kolonel (terakhir Letnan Jenderal) R.A. Kosasih, dibantu Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia), yang kala itu didirikan untuk menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat dalam menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat (termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barat termasuk D.I. Yogyakarta.

Setidaknya dalam kondisi tersebut timbulah dualisme dalam pembinaan dan pengendalian Pencak Silat di Indonesia, yaitu Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dengan konsentrasi lebih banyak dalam hal pembinaan pada aspek Olah Raga, sedangkan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukan (ibing Pencak Silat) dan Pencak Silat bela diri untuk melawan DI/TII. Selain dua organisasi, IPSI dan PPSI ini, juga terdapat beberapa organisasi lain seperti Bapensi, yang masing-masing berupaya merebut pengaruh sebagai induk pembinaan pencak silat di Indonesia.

Sementara itu IPSI harus berjuang keras agar pencak silat dapat masuk sebagai acara pertandingan di Pekan Olahraga Nasional. Hal serupa juga dilakukan oleh PPSI yang setiap menjelang PON juga berusaha untuk memasukkan pencak silatnya agar dapat ikut PON. Namun Pemerintah, yang pada tahun 1948 juga ikut berperan mendirikan IPSI, hanya mengenal IPSI sebagai induk organisasi pencak silat di Indonesia.

Kala itu induk organisasi olahraga yang ada adalah KOI (Komite Olimpiade Indonesia) diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) dengan Ketua Widodo Sosrodiningrat.Di tahun 1951, PORI melebur kedalam KOI. Tahun 1961 Pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia menghadapi Asian Games IV di Jakarta. Kemudian di tahun 1962 Pemerintah untuk pertama kalinya membentuk Departemen Olahraga (Depora) dan mengangkat Maladi sebagai menteri olahraga. Selanjutnya di tahun 1964 Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI), yang mana semua organisasi KOGOR, KOI, top organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI.

Pada tanggal 25 Desember 1965, IPSI ikut membentuk Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga, yang kemudian mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik, yang kemudian kelak pada 31 Desember 1966 KONI dibentuk dengan Ketua Umum Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Maka kala itu IPSI juga ikut memegang peranan penting dalam sejarah pembentukan KONI sehingga kelak menjadi induk organisasi olahraga di Indonesia.

Menjelang Kongres IV IPSI tahun 1973 beberapa tokoh Pencak Silat yang ada di Jakarta membantu PB IPSI untuk mencari calon Ketua Umum yang baru, karena kondisi Mr. Wongsonegoro yang pada saat itu sudah tua sekali. Salah satu nama yang berhasil diusulkan adalah Brigjen.TNI Tjokropranolo (terakhir Letjen TNI) yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sekalipun kelak kemudian pada Kongres IV ini beliau terpilih sebagai Ketua Umum PB IPSI, namun jalan bagi Brigjen.TNI. Tjokropranolo tidaklah semudah yang dibayangkan. Masih banyak tugas dan tanggung jawab  PB IPSI yang kelak harus dihadapi dengan serius. Disamping itu PB IPSI pun perlu merumuskan jati dirinya secara lebih aktif, disamping merumuskan bagaimana mempertahankan eksistensi dan historis IPSI dalam langkah pembangunan nasional.
 
Karena itu kemudian Brigjen.TNI. Tjokropranolo dibantu oleh beberapa Perguruan Pencak Silat yaitu:
  • Persaudaraan Setia Hati : Bapak. Mariyun Sudirohadiprodjo, Bapak. Mashadi, Bapak. Harsoyo dan Bapak .H.M. Zain;
  • dari KPS Nusantara :Bapak. Moch Hadimulyo dibantu Bapak. Sumarnohadi, Dr. Rachmadi, Dr. Djoko Waspodo;
  • Perisai Diri : Bapak. Arnowo Adji HK;
  • dari Phasadja Mataram : Bapak. KRT Sutardjonegoro;
  • dari Perpi Harimurti : Bapak. Sukowinadi;
  • dari Perisai Putih : Bapak.Maramis, Bapak. Runtu, Bapak. Sutedjo dan Bapak. Himantoro;
  • dari Putera Betawi : Bapak.H. Saali;
  • dari Tapak Suci : Bapak Haryadi Mawardi, dibantu Bpk. Tanamas;
  • dari Persaudaraan Setia Hati Terate : Bapak. Januarno, Bapak. Imam Suyitno dan Bapak. Laksma Pamudji.

Salah satu tantangan yang cukup berarti saat itu adalah belum berintegrasinya PPSI ke dalam IPSI. Kemudian atas jasa Bapak Tjokropranolo berhasil diadakan pendekatan kepada 3 (tiga) pimpinan PPSI yang kebetulan satu corps yaitu Corps Polisi Militer. Sejak itu PPSI setuju berintegrasi dengan IPSI, kemudian Sekretariat PB IPSI di Stadion Utama dijadikan juga sebagai Sekretariat PPSI. Pada Kongres IV IPSI itulah kelak kemudian, H. Suhari Sapari, Ketua Harian PPSI datang ke Kongres dan menyatakan bahwa PPSI bergabung ke IPSI.

Kongres IV IPSI tahun 1973 menetapkan Bp. Tjokropranolo sebagai Ketua PB. IPSI menggantikan Mr. Wongsonegoro. Mr. Wongsonegoro telah berjasa mengantarkan IPSI dari era perjuangan kemerdekaan menuju era yang baru, era mengisi kemerdekaan. Saat inilah seolah IPSI berdiri kembali dan lebih berkonsentrasi pada pengabdiannya, setelah sebelumnya melalui masa-masa perang fisik dan diplomasi yang dialami seluruh bangsa Indonesia. Di bawah kepemimpinan Bapak Tjokropranolo ini IPSI semakin mantap berdiri dengan tantangan-tantangan yang baru sesuai perkembangan zaman. Pada Kongres IV IPSI itu pun sepuluh perguruan yang menjadi pemersatu dan pendukung tetap berdirinya IPSI diterima langsung sebagai anggota IPSI Pusat, dan kemudian memantapkan manajemen, memperkuat rentang kendali PB IPSI sampai ke daerah-daerah, dan mempersatukan masyarakat pencak silat dalam satu induk organisasi. Untuk selajutnya Bapak Tjokropranolo menegaskan bahwa 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebutlah yang telah berhasil bukan sekedar menyusun bahkan juga melaksanakan program-program IPSI secara konsisten dan berkesinambungan.

Maka selanjutnya yang dimaksud dengan sepuluh perguruan tersebut adalah:


  1. Persaudaraan Setia Hati,
  2. Persaudaraan Setia Hati Terate,
  3. Perisai Diri,
  4. Perisai Putih,
  5. Tapak Suci,
  6. Phasadja Mataram,
  7. Perpi Harimurti,
  8. Persatuan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI),
  9. Putera Betawi,
  10. KPS Nusantara.

Pada waktu kepemimpinan Bapak. H. Eddie M. Nalapraya nama kelompok 10 (sepuluh) Perguruan Silat anggota IPSI Pusat tersebut diubah menjadi 10 (sepuluh) Perguruan Historis, setelah sebelumnya sempat istilahnya disebut sebagai  Top Organisasi, atau Perguruan Induk kemudian menjadi Perguruan Anggota Khusus karena keanggotannya di IPSI Pusat menjadi anggota khusus. Di dalam setiap Munas IPSI maka Perguruan Historis ini selalu menjadi peserta dan memiliki hak suara di dalam Munas.
Sumber:
1. H. Haryadi Mawardi (Perguruan TAPAK SUCI)
2. Sejarah KONI
3. Tulisan H. Harsoyo (Perguruan Persaudaraan Setia Hati)
4. Arsip  penelitian pribadi

Sunday, October 20, 2013

ALBUM PSH LAMONGAN

Organisasi Persaudaraan Setia Hati (PSH) kini mulai berkembang dengan pesat di wilayah kabupaten Lamongan. kini kadang PSH di lamongan sudah berjumlah Ribuan orang. yang tersebar di beberapa Ranting antara Lain Ranting Laren, Ranting Kali Tengah, Ranting Brondong, Ranting Lamongan Kota, Ranting Paciran, Ranting Maduran, Ranting Deket, Ranting Solokuro, Ranting Kedung Pring, Ranting Turi dan Ranting Panceng (Kab. Gresik).
pada tahun 2013 Persaudaraan Setia Hati (PSH) membangun kembali kepengurusan Cabang/ Pengcab.. untuk memajukan kembali PSH sesuai khittahnya, yang di susul dengan kepengurusan di setiap kecamatan/ Ranting,

                                                 Subrayon Sawo Kecik BRONDONG
                                                            Ranting SOLOKURO

                                                             Ranting PACIRAN



                                                               Ranting LAREN  
                                    
                                                             Rayon Pelangwot
                                                                    Ranting Turi
                                                                     Ranting Brondong




Unsur Ajaran Persaudaraan SETIA HATI

Persaudaraan Setia Hati Merupakan Organisasi Pencak silat pertama yang masuk urutan pertama dari 10 Perguruan Historis pembentukan IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) Dalam PSH kita tidak hanya belajar pencak silat atau beorganisasi tapi lebih dari itu maka dari kita mengenal adanya 5 dasar PSH, meliputi :

1.Persaudaraan.
2.Olahraga
3.Beladiri
4.Kesenian.
5.Kerohanian / Ke -- SH -- an .

1. Persaudaraan :
Persaudaraan adalah suatu hubungan batin antara manusia dengan manusia yang sifatnya seperti saudara kandung dan ini di tanamkan awal mulai menjadi Pemula Di PSH, Dengan persaudaraan , manusia di akui dan di perlakukan sesuai dengan harkat martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang sama derajatnya. Perlakuan ini tanpa membedakan hak dan kwajiban azasinya , kedudukan sosial ekonomi , keturunan , agama & kepercayaan , jenis kelamin dll . Yang mana Persaudaraan dalam PSH bersifat kekal dan abadi.

2. Olahraga :
Pengertian olahraga di sini adalah mengolah tubuh / raga dengan gerakan pencak silat yang terdapat dalam PSH. Adapun manfa'at bermain pencak silat :
- Memperbaiki suasana hati.
- Menumbuhkhan rasa percaya diri
- Mengurangi stress
- Menguatkhan otot tubuh .
- Membantu proses metabolisme dalam tubuh.
- Membina kekuatan , kecepatan , ketepatan dan keseimbangan .

3. Beladiri :
Dengan pencak silat yang di jiwai oleh pengenalan kepada sang pencipta dan diri pribadi maka pencak silat berfungsi sebagai alat membela diri untuk mempertahankhan kehormatan.
PSH tidak mengajarkhan beladiri asing , karena pencak silat yang berakar pada budaya asli Indonesia tidak kalah mutunya dengan beladiri asing . Dengan demikian PSH ikut mempertahankhan dan mengembangkan kepribadian bangsa Indonesia.

4. Kesenian :
Seni adalah keindahan , dimana kesenian dalam pencak silat dapat berbentuk permainan tunggal , ganda atau massal .

Adapun tujuan seni dalam pencak silat :
- Memelihara kaidah pencak silat yang baik dengan menumbuhkhan kelenturan , keluwesan dan keindahan gerakan yang di hubungkan dengan keserasian irama.
- Sebagai latihan dalam pengembangan aspek keserasian dan keselarasan yang di harapkhan dapat berpengaruh dalam sikap dan perilaku hidupnya.




5. Kerohanin / Ke -- SH -- an :
Di dalam PSH , kerohanian sering di sebut dengan ke -SH- an . kerohanian merupakan sumber azasi Tuhan YME untuk mencapai Manusia yang berbudi pekerti  luhur guna kesempurnaan hidup . Adapun tujuan kerohanian dalam PSH adalah unutk mendidik Kadang/saudara PSH yang berjiwa setia hati agar di dalam menempuh kehidupan ini memperoleh kebahagian dan kesejahteraan lahir batin dunia dan akhirat .